Rabu, 02 November 2011

HMI DAN IDEOLOGI


Secara umum, ideologi (Arab : mabda`) menurut M.M. Ismail dalam Al Fikru Al Islami, adalah “al fikru al asasi yubna alaihi afkaar”, yakni pemikiran mendasar yang di atasnya dibangun pemikiran-pemikiran lain. Pemikiran mendasar ini disebut juga aqidah, yang merupakan pemikiran menyeluruh tentang manusia, alam semesta, dan kehidupan. Sedang pemikiran-pemikiran cabang yang dibangun atas dasar aqidah tadi, merupakan peraturan hidup manusia (nizham) dalam segala aspeknya : politik, ekonomi, sosial, budaya, hankam, dan sebagainya. Agar aqidah tersebut dapat melahirkan aneka peraturan hidup, ia haruslah bersifat akliah, atau dapat dikaji dan diperoleh berdasarkan suatu proses berpikir, bukan diperoleh melalui jalan taklid tanpa melibatkan proses berpikir. Aqidah yang semacam ini, disebut aqidah akliah, yang darinya dapat dibangun pemikiran cabang tentang kehidupan. Karena itu, dengan ungkapan yang lebih spesifik, ideologi dapat didefinisikan sebagai “aqidah aqliyah yanbatsiqu ‘anha nizham”, atau aqidah akliyah yang melahirkan nizham (peraturan hidup) bagi manusia.
Definisi ideologi ini bersifat umum, dalam arti dapat dipakai dan berlaku untuk ideologi-ideologi dunia seperti Kapitalisme dan Sosialisme. Dan tentu, dapat berlaku juga untuk Islam. Sebab Islam memang mempunyai sebuah aqidah akliyah, yaitu Aqidah Islamiyah, dan mempunyai peraturan hidup (nizham) yang sempurna, yaitu Syariat Islam.
Dengan demikian, tatkala kita menyebutkan istilah “ideologi Islam” sesungguhnya kita telah memelihara substansi Islam itu sendiri –yaitu Aqidah dan Syariah— tanpa mengurangi atau menambahinya sedikitpun. Aqidah dan Syariah-nya tetap itu-itu juga. Hanya saja, kita meletakkan keduanya dalam kerangka berpikir ideologis, untuk menghadapi situasi kontekstual umat saat ini, yang menganggap Islam sebagai “agama” dalam pengertian Barat yang sekuler.
Ideologi Islam lahir berdasar akidah Islam. Islam dilahirkan dari proses berfikir yang menghasilkan keyakinan yang teguh terhadap keberadaan (wujud) Allah sebagai Sang Pencipta dan Pengatur Kehidupan, alam semesta dan seluruh isinya, termasuk manusia. Darinya lahir keyakinan akan keadilan dan kekuasaan Allah Yang Maha Tahu dan Maha Pengatur, Allah telah mewahyukan aturan hidup, yaitu syariat islam yang sempurna dan diperuntukkan bagi manusia. Syariat Islam tersebut bersumber pada Al Qur'an dan Al Hadist. Dari keyakinan ini tumbuhlah keyakinan akan adanya rasul dari golonganmanusia, yang menuntun dan mengajarkan manusia untuk mentaati penciptanya, dan meyakini akan adanya hari perjumpaan dengan Allah SWT. Aturan hidup yang dimaksud merupakan aturan hidup yang bersumber dari wahyu Allah. Aturan ini mengatur berbagai cara hidup manusia yang berlaku dimana saja dan kapan saja, tidak terikat ruang dan waktu. Dari peraturan yang mengikat individu ataupun masyarakat dan bahkan sistem kenegaraan. Seluruhnya ada diatur dalam Islam.Sesungguhnya ideologi Islam harus segera tampil di panggung kehidupan manusia untuk menyelamatkan umat manusia dari jurang penderitaan dan gelimang kesengsaraan yang nyaris tanpa batas. Kemunculannya adalah suatu keniscayaan, karena kemenangan Islam telah menjadi janji Allah dan Rasul-Nya kepada para hamba-Nya yang beriman dan ikhlas beramal shaleh.

Ideologi mempunyai makna umum yaitu sistem pemikiran mutlak yang melibatkan teoritis (sekumpulan kepercayaan) dan praktis (yang harus dilakukan).  Terbentuknya ideologi yaitu dari epistemologi menjadi filsafat kemudian menjadi pandangan dunia dan akhirnya menjadi ideologi. Ideologi berbicara tentang a) teoritis yaitu benar-salah, b) praktis yaitu baik – benar ( harus – tidak harus)

Cir-ciri idiologi yang baik yaitu
  1. Rasional
  2. Bermakna bagi kehidupan dan menghapus gagasan yang tidak ada artinya dari pikiran.
  3. Membangkitkan semangat.
  4. Mampu mensucikan tujuan individual dan sosial dan membuat manusia bertanggung jawab
Dalam pedoman perkaderan HMI disebutkan bahwa ideologi HMI adalah Islam. Ini konsisten dengan asas HMI yang juga Islam. Ideologi tidak sama dengan asas tetapi asas kerap menjadi ideologi.  Ada satu hal yang perlu menjadi catatan berkaitan dengan penggunaan Islam sebagai ideologi HMI. Keampuhan sebuah ideologi akan terbukti hanya jika ideologi tersebut dipahami oleh para penganutnya secara beragam. Jiak tidak demikian, fungsi ideologi sebagai pemersatu akan berkurang bahkan hilang.
Ketika berbicara tentang Ideologi HMI maka NDP lah pegangan seluruh kader HMI, Nilai Dasar Perjuangan (NDP) merupakan nilai dasar yang dipakai sebagai alat melakukan perananan HMI sebagai organisasi perjuangan, didalamnya terdapat 103 buah ayat Al-Quran dan 30 Hadist. Hal-hal yang bersifat ideologis, sebenarnya untuk menciptakan dan memperkuat terbentuknya profil kader HMI, sehingga setiap kader HMI memiliki kualitas tertentu serta memiliki kelebihan dari kader organisasi lain, sebagai garansi obyektif untuk menjalankan misi perjuangan di tengah-tengah dinamika bangsa.

Nilai-nilai yang terkandung dalam NDP merupakan ajaran agama Islam, sehingga setiap kader dituntut untuk memikul tugas suci (mission sacre) untuk mengajak manusia kepada kebenaran (hanief). Bagaimana mau mengajak sedangkan kader HMI tidak menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga banyak kalangan yang mempertanyakan keberadaan HMI saat ini. Secara historis HMI didirikan salah satunya ingin menegakkan dan mengembangkan syair agama Islam.  Ini menunjukkan bahwa HMI bertanggung jawab terhadap permasalahan bangsa dan negara Indonesia serta bertekad mewujudkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan manusia secara utuh. Tapi yang terjadi sekarang kader HMI hanya berwacana Konsep-konsep keislaman tanpa mengaktualisasi di masyarakat, kader-kader HMI disibukan dengan kepentingan sesaat sampai menjual nilai-nilai kebenaran misalnya Godaan uang pelicin, nepotisme, dan kezaliman yang lain dapat berkembang jika diri kita tak mampu untuk memproteksi keburukan. stop membawa organisasi HMI untuk kepentingan sektarian, karena HMI milik kita semua.
Referensi
Djaelani, A.Q.1996. Perjuangan Ideologi Islam di Indonesia. Pedoman ilmu jaya. Jakrta
Horiqo W. Satria. 2010. Lafran Pane; jejak hayat dan pemikiran. Lingkar Penerbit. Jakarta
Sarbini. 2005.Islam di tepian Revolusi: Ideologi Pemikiran dan Gerakan. Pilar Media. Yogyakarta
Sidratahta Mukhtar. 2006.HMI & Kekuasaan. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar