Selasa, 01 November 2011

EKSISTENSI MANUSIA DALAM KEHIDUPAN


Dalam filsafat eksistensi, istilah existensi di artikan sebagai gerak hidup manusia kongkrit. Kata eksistensi berasal dari bahasa latin ex-sistere ( ex berarti keluar dan tere berarti berdiri, tampil ) kata eksistensi diartikan manusia berdiri sendiri dengan keluar dari dirinya. Dalam pengertian inilah eksistensi mengandung corak yang dinamis. Dalam filsafat eksistensi, pengertian eksistensi digunakan untuk menunjukkan cara benda yang unik dan has dari manusia yang berbeda dengan benda-benda lainnya, karna hanya manusialah yang dapat berada dalam arti yang sebenaranya di banding mahluk-mahluk atau benda-benda lain di dunia ini lebih sepisik lagi eksistensi lebih merujuk atau menunjuk pada manusia secara individual artinya “individu yang ini” atau “individu yang itu” dan bersifat kongkrit, kongkrit dalam arti bahwa manusia tidak dipormulasikan berdasar rekayasa ide apstrak sfekulatif seseorang untuk menyatakan depenisi manusia secara umum. Eksistensi bukanlah suatu yang sudah selesai, tapi suatu proses terus menerus melalui tiga tahap, yaitu : dari tahap eksistensi estetis kemudian ke tahap etis, dan selanjutnya melakukan lompatan ke tahap eksistensi religius sebagai tujuan akhir.

Berdasarkan Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam bahwa motif dari penciptaan manusia  adalah untuk menjadi khalifatullah fil ardhi, hal ini dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 30. Kedudukan sebagai khalifatullah fil ardhi merupakan predikat yang luar biasa dan menempatkan manusia pada posisi yang lebih tinggi dari makhluk lain. khalifatullah fil ardhi adalah subjek yang mampu membaca dan menafsirkan kehendak dan aturan-aturan Tuhan untuk kemudian dijelmakan menjadi perilaku konkrit dalam rangka menjaga kemaslahatan di bumi.


Manusia yang berdimensi basyar (organis – biologis) harus menjadi berdimensi insan (psikologis – intelektual), untuk menjadi khalifatullah fil ardhi. Karena Khalifah is being. Manusia yang berdimensi Insan itu harus mempunyai sifat yang pertama sami’an yaitu kemampuan mendengar deskriftif), mendengar dalam arti terbuka dari setiap informasi yang ada untuk mencari kebenaran. Dan yang ke dua sifat Basyriron yaitu kemampuan melihat (kompratif), meliahat dalam arti bagaimana dia bisa meneliti dan membandingkan informasi yang ia dengarkan untuk mencari kebenaran.

Menjadi khalifatullah fil ardhi membutuhkan proses. Proses tersebut akan membentuk pribadi insan tersebut seperti proses pencarian jati diri dan proses mencari ilmu pengetahuan. Maka tidak semua manusia mampu menjadi khalifatullah fil ardhi. Untuk khalifatullah fil ardhi yang sesungguhnya dibutuhkan syarat-syarat tertentu, untuk menjadi khalifatullah fil ardhi seseorang harus “taat” dengan aturan-aturan Tuhan dan harus mampu mengendalikan diri, dengan dua kondisi itu, kekhalifahan Tuhan dapat dijalankan, dan eksistensi manusia sebagai khalifatullah fil ardhi diteguhkan.


Proses yang terjadi dalam pembentukan khalifatullah fil ardhi akan mengahasilkan insan yang syukur, yaitu bersyukur atas tugasnya menjadi khalifatullah fil ardhi. Dalam menjalini tugasnya manusia harus tahu apa hakikat dan fungsinya sebagai khalifatullah fil ardhi. Hakikat manusia sebagai eksisten berdasarkan Al-qur’an surat Al-Mukminuun ayat 115 adalah ciptaan yang mempunyai fungsi dan bertanggung  jawab atas fungsinya itu. Manusia itu ciptaan Tuhan sebagaimana makhluk lainnya. Kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk yang lain adalah terletak pada fungsi, yakni kemampuan melaksanakan dan mempertanggungjawabkan fungsinya. Fungsi utama manusia sebagai eksisten secara eksplisit dijelaskan dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56, yakni untuk mengabdi kepada Tuhan. Segala aktivitas kemanusiaan mesti dimaknai sebagai suatu pengabdian.

Kesadaran diri sebagai khalifah dan fungsi pengabdian sebenarnya identik. Pengabdian merupakan jalan untuk meneguhkan eksistensi manusia sebagai khalifatullah fil ardhi. Kesadaran diri sebagai khalifah merupakan motif pengabdian yang total. Pengabdian yang seutuhnya untuk mengharap ridho Allah. Kerja nyata dari khalifatullah fil ardhi adalah amal sholih, sholih dalam arti perbaikan. Perbaikan menuju yang lebih baik lagi.

Identitas terukurnya hasil dari kerja nyata sebagai  khalifatullah fil ardhi yaitu pertama dari skala prioritas, dimana perbaikan yang mana yang lebih diperlukan/diutamakan  untuk menciptakan kemakmuran di bumi ini. Ke dua yaitu sistematik (terorganisir), yaitu yang dilakukan secara bersama-sama dan sistematik sehingga hasil yang diperoleh akan lebih baik.

“Kebaikan yang tidak sistematik akan dikalahkan kebatilan yang tidak sistematik”.

Sebagai makhluk yang paling sempurna yang telah diciptakan oleh Allah didunia, peranan manusia dalam kehidupan di bumi tentulah sangat vital. oleh karena itu dalam hidup manusia memiliki tujuan. Kalau dilihat dari arahnya, maka tujuan manusia dibedakan menjadi :
  • Tujuan Hidup vertikal : Mencari ridho Allah (QS Al- Baqoroh 207)
  • Tujuan hidupo horizontal :bahagia di dunia dan akhirat dan rahmat bagi semua manusia dan seluruh alam ( Al anbiya’ : 107)

Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingan dengan makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugrah tersebut dengan berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi yang ada pada diri kita. kita juga dituntut untuk terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia sebagai makhluk dan khalifatullah fil ardhi. Sebagai khalifatullah fil ardhi diharapkan aktivitasnya menjadi aktivitas Rahmatan lil ‘alamin.

1 komentar: